JAKARTA, iNewsTasikmalaya.id - Ketum PWI Pusat, Hendry Ch Bangun, menyerahkan hadiah kepada pemenang pertama lomba Lomba Puisi Audio Visual HPN 2024, di selasar Candi Bentar, Putri Duyung Cottage, Ancol, Jakarta Utara, Minggu (18/2/2024) malam.
Sebagaimana kebijakan panitia Lomba Puisi Audio Visual, juara pertama diberikan kepada Adnan Guntur dari Surabaya, dengan karya berjudul, "Penderitaan adalah Peringatan Hidup yang Paling Sederhana."
Pada saat yang sama, Sekretaris Jenderal PWI Pusat, Sayid Iskandarsyah, menyerahkan hadiah kepada pemenang ketiga, Sihar Ramses Simatupang dari Jakarta.
Sementara juara kedua diberikan kepada Sri Ayu Pradnya dari Bali dan hadiah berupa uang pembinaan dikirim langsung, karena Sru tak bisa hadir langsung.
Dalam rangka ikut menyemarakan, di tempat sama digelar pula Lomba Baca Puisi antar Wartawan-Penyair se-Indonesia, diikuti hampir semua perwakilan PWI seluruh Indonesia.
Pihak juri menetapkan wartawan penyair, Ramon Damora, dari Riau sebagai juara pertama, diikuti oleh sastrawan budayawan senior Rida K Liamsi (Riau) sebagai juara 2, Rosyid E Abby (Jabar) juara 3, Novi (Lampung) sebagai juara Harapan 1 dan Zulpen Zuhri (Riau) sebagai juara harapan 2.
Dalam sambutannya Ketum PWI Pusat mengatakan, lomba puisi audio visual tingkat nasional yang digagas PWI Pusat sangat penting.
"Bukan semata untuk mendekatkan puisi via audio visual kepada penikmatnya, tapi juga sekaligus menjaga elan vital puisi akan selalu bisa menjaga hati penciptanya dan penikmatnya," kata Hendry Ch Bangun yang lulusan Fakultas Sastra UI.
Di tempat sama, Wakil Sekjen I PWI Pusat, Raja Parlindungan Pane, menambahkan, khusus untuk Lomba Baca Puisi antar Wartawan-Penyair, dalam penyelenggaraan terdekat akan digarap dalam format yang jauh lebih serius.
"Kita berencana dalam waktu dekat akan menyelenggarakan di TIM (Taman Ismail Marzuki), dengan format lebih akbar dan melibatkan semua pemangku kepentingan dunia kepenyairan dan kewartawanan," kata Raja Pane.
Apalagi, imbuh dia, antusiasme wartawan penyair yang hadir dalam HPN 2024 mengikuti lomba ini sangat besar.
Sementara Ketua Juri Lomba Puisi Audio Visual, Benny Benke, menjelaskan, setelah melalui proses kuratorial yang terukur, parameter penilaian lomba yang diikhtiarkan akan berjalan saban tahun ini, adalah kesederhanaan yang subtil.
"Atau ada kelarasan antara teknologi dan puisi, di luar originalitas cara membawakan karya puisi. Karya puisi harus mampu melaraskan kekuatan puisi yang harus dibunyikan dan teknologi, atau syukur-syukur mampu melaraskannya menjadi karya yang utuh," kata Benny.
Atau meminjam bahasa AR Loebis dan Wina Armada Sukardi, sebagai anggota juri, penilaian utama dari lomba adalah penghayatan aku lirik dalam mengekpresikan kata, dan makna yang dibacanya. Selain tentu saja ada pendalaman nilai estetika dalam membawakan poetry reading.
"Karena hanya via penghayatan, atau kesesuaian dan keselarasan serta ketepatan emosi dalam membaca puisi, dikaitkan dengan kandungan atau tema dan makna puisi, menjadi poin krusial," ujar Benny.
Selanjutnya, baru masuk ke persoalan teknis, seperti vokal, sebagai alat atau tool terpenting dalam mengartikulasikan bunyi untuk menyampaikan isi pikiran dan suasana hati kepada penonton/pendengar.
Dan akhirnya, tambah Benny, penampilan, sebagai unsur wujud "performance" yang menunjukkan karakter serta totalitas keutuhan penampilan. Yang kesemuanya itu, direkam dalam medium audio visual yang selaras. Atau dalam bahasa sederhana, kecanggihan teknologi tidak menenggelamkan aspek estetika pembacaan puisinya, tapi justru menjadi pendukung utama dramaturgi puisi. Karenanya, keselarasan menjadi sangat penting sekali dalam lomba ini.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait