TASIKMALAYA, iNews.id - Keluarga anak usia 10 tahun yang meninggal dunia 3 hari paska vaksinasi menerima kejadian yang menimpa keluarganya sebagai takdir dan ketentuan dari yang maha kuasa.
Perwakilan keluarga, Jajang Suhendar (50) mengatakan, bahwa kedua orang tua dari anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu telah menerima dan mengikhlaskan dengan apa yang menimpa anak pertama dari 2 bersaudara mereka.
"Dari keluarga khususnya dari ibu dan bapaknya menerima dengan lapang dada bahwa ini sudah menjadi suratan takdir dari yang maha kuasa," ujar Jajang, Selasa (18/1/2022).
Dikatakan dia, sebelum dan sesudah vaksinasi keponakannya tersebut dalam kondisi sehat. Bahkan sepulang dari sekolah dan vaksinasi masih sempat bermain hingga sore.
"Kebetulan paska vaksinasi, Alhamdulillah Delfin itu dalam keadaan sehat walafiat tidak ada kendala apapun. Sepulangnya paska vaksian alhamdulillah dia bermain di sini juga sampai pukul 17.00 WIB," kata dia.
Ia menuturkan, anak pertama dari pasangan suami istri Dede Budiman (40) dan Eka Rostika (34) tersebut tidak mengeluhkan sakit atau memperlihatkan kondisi yang mengkhawatirkan.
"Delfin pada saat berangkat juga tidak mau diantar, milih naik angkot sama teman-temannya," ucapnya.
Diberitakan sebelumnya, Seorang anak berusia 10 tahun warga Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya dikabarkan meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tasikmalaya karena penyakit demam berdarah (DBD) pada Senin (17/1/2022).
Sebelumnya, korban sempat menjalani vaksinasi di Kersamenak pada Sabtu (15/1/2022). Korban datang ke rumah sakit pada Minggu (16/1/2022) dengan kondisi kejang-kejang dan penurunan kesadaran.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tasikmalaya dokter Uus Supangat membenarkan terkait adanya anak yang meninggal dunia tersebut. Menutur dia, pada awalnya memang diduga KIPI atau kejadian ikutan pasca imunisasi murni kemudian datang ke rumah sakit untuk diperiksa dalam kondisi kejang dan penurunan kesadaran.
“Ahamdulillah tadi saya sudah bicara panjang lebar dengan dokter DPCP dari picu dari dokter penanggung jawab bagian perawatan intensif di RSUD. Kemudian juga dengan Ketua KIPI dokter Dani kemudian juga dengan dokter Idham spesialis anak juga menyampaikan kepada saya bahwa ini setelah dilakukan pemeriksaan ternyata ada penyakit lain yang mendasarinya,” ujar Uus, Senin (17/1/2022).
“Jadi di medis itu kita mengenalnya dengan namanya KIPI koinsiden. Nah jadi KIPI yang memang ada penyakit yang mendasarinya. Jadi yang menyebabkan fatalitas itu belum bisa dipastikan karena imunisasi karena ada penyakit yang mendasarinya,” sambung Uus.
Dikatakan dia, dari hasil tim dokter anak yang ada di RSUD bahwa penyebab fatalitasnya itu karena expandi Dengue karena demam berdarahnya. Konklusi medis ini bisa diambil pertama karena ada hasil Multiple Sclerosis (MS) 1 yang positif yang penanda bahwa itu anak tersebut terinfeksi demam berdarah.
Jelas Uus, kemudian kenapa dikatakan sebagai expanded dengue syndrome itu karena memang ini sudah menyebabkan kerusakan dibeberapa organ ada di encephalopati kemudian ada kegagalan akut pada hatinya ditandai dengan memang SGOT sangat dengan SGPT nya sangat tinggi.
“Jadi sudah terjadi kegagalan akut pada liver kemudian juga terjadi encelopati jadi. Artinya bahwa ini expanded dengue ini terjadi pada anak ini yang memang menyebabkan fatalitasnya kematiannya,” kata dia.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait