TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id - Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) bersama Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya, menggelar Pengabdian bagi Masyarakat skema Program Peningkatan Kesehatan Masyarakat (PbM-PPKM).
Kegiatan tersebut dilaksanakan di Pondok Pesantren (Ponpes) Cipasung Tasikmalaya, Jumat (14/7/2023). Pelaksana tim PbB-PPKM di antaranya Asep Saepulloh, Joni, Rian Arie Gustaman, dan Andik Setiyono.
Pada kesempatan tersebut, Tim PbM-PPKM Unsil Tasikmalaya memberikan penyuluhuan mengenai Kelas Gizi Rematri yaitu terkait Strategi Cegah Anemia pada santriwati di pondok pesantren (ponpes).
"Nah ini juga bagaimana supaya tidak terjadi anemia. Sebenarnya masih banyak lagi factor-faktor yang lain yang perlu kita perhatikan," ucap Kapus PbM, Asep Saepulloh.
Ia menambahkan, anemia merupakan masalah gizi yang paling sering dijumpai dan mempengaruhi sekitar 2 miliar populasi di dunia yang berakibat pada perkembangan sosial dan ekonomi. Di Indonesia, anemia juga menjadi salah satu masalah kesehatan utama yang dihadapi oleh remaja di Indonesia.
"Kenapa ada yang kekurang darah? Ada yang misalkan hemoglobinnya kurang dan yang lain-lain. Itu karena memang kondisinya, ini bagaimana nanti cara pengaturan makannya, apalagi kalau suhu-suhu yang kurang menunjang itu bisa menimbulkan anemia juga," ucapnya.
“Kenapa yang diundang ustaz dan ustazahnya, tidak santrinya. Karena mereka yang lebih mengetahui situasi di ponpes. Sehingga nanti mereka akan mengcover, nantinya akan mengetahui kondisi yang sebenarnya. Mereka itu bisa mengatur santri atau santriwatinya," lanjutnya.
Dikatakan Asep, berbagai studi yang telah dilakukan di ponpes menunjukkan adanya kejadian anemia di kalangan santri terutama santriwati yang merupakan remaja putri. Lanjut Asep, Ponpes Cipasung termasuk ponpes ternama dan terbesar di Kabupaten Tasikmalaya, yang mana di sini memiliki jumlah santri yang cukup banyak dan sebagaimana pesantren pada umumnya didominasi oleh usia remaja yang rentan terhadap permasalahan gizi.
"Bagaiamana posisi wc-nya, bagaimana misalkan tempat-tempat wudhu-nya, terutama kalau kita sudah menerapkan aturan. Nah ini bagaimana disiplinnya,” ungkap Asep.
“Hasil diskusi dengan para mitra, diperoleh kesepakatan bahwa model kegiatan PbM-PPKM yang dilakukan adalah edukasi terkait pengetahuan dan pemenuhan gizi serta tata cara menghitung stautus gizi saat remaja terutama untuk remaja putri yan merupakan santriwati di pondok pesantren," sambungnya.
Asep berharap dengan kegiatan ini, para ustaz dan ustazah bisa memberikan pemahaman mengenai kedisiplinan kepada para santri dan santriwatinya, baik pola maka ataupun pola istirahatnya. "Dalam anemia ini harus cukup istirahat, dan pola makan itu harus teratur," pungkasnya.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait