TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id – Payung Geulis merupakan salah satu kerajinan khas dari Kota Tasikmalaya. Bahkan Payung Geulis menjadi bagian dari logo dan ikon Kota Tasikmalaya.
Payung Geulis dalam bahasa Indonesia adalah Payung Cantik. Payung merupakan alat pelindung dari hujan dan panas. Sedangkan Geulis memiliki arti elok atau molek, sehingga Payung Geulis memiliki arti payung cantik yang bernilai estetis.
Sentra Payung Geulis di Kota Tasikmalaya berada di Kampung Panyingkiran, Kelurahan Panyingkiran, Kecamatan Indihiang.
Di Kota Tasikmalaya, Payung Geulis mulai diproduksi oleh salah seorang warga di wilayah Kelurahan Panyingkiran, Kecamatan Indihiang, sekira tahun 1930-an.
Dia adalah H Muhyi. Dia merupakan salah seorang tokoh yang memiliki perekonomian cukup memadai kala itu.
Awalnya, dia membuat sendiri payung dari kertas yang digunakan untuk pergi ke ladang pada saat panas dan hujan.
Apa yang dilakukan H. Muhyi saat itu menjadi inspirasi bagi warga lainnya yang kemudian membuat payung yang sama.
Kemudian dia berpikir untuk menjadikan komoditas usaha sehingga mulailah memproduksi payung dan menjadi parajin.
Payung Geulis. (Foto: Instagram @payung_tasik)
Semua proses pembuatan payung geulis dibuat secara manual menggunakan tangan atau handmade, kecuali gagang payung yang dibuat menggunakan mesin.
Rangka Payung Geulis terbuat dari bambu. Setelah dirangkai, rangka dipasangi kain dan kertas. Ujung payung dirapikan dengan menggunakan kanji.
Agar semakin menarik, rangka bagian dalam diberi benang warna–warni. Proses ini disebut ngararawat.
Proses pembuatan payung ini bergantung pada sinar matahari. Karena setelah diberi kanji, payung harus dijemur hingga mengeras. Payung kemudian diberi warna, serta dilukis dengan motif bunga.
Payung Geulis produksi Kota Tasikmalaya bukan hanya dipasarkan di wilayah Tasikmalaya, tapi sudah tersebar ke mancanegara, baik Eropa, Amerika, dan Asia.
Payung Geulis saat ini sebagian besar telah beralih fungsi dari aslinya sebagai pelindung dari hujan dan panas.
Kini Payung Geulis menjadi hiasan di kantor-kantor pemerintahan, bahkan dijadikan aksesoris dekorasi dalam beberapa event atau kegiatan pemerintahan maupun masyarakat.
Editor : Asep Juhariyono