TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id - Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Tasikmalaya mencatat adanya penurunan kasus HIV/AIDS pada tahun 2023 jika dibandingkan dengan tahun 2022.
Berdasarkan data yang dikumpulkan, pada tahun 2022 terdapat 145 kasus HIV/AIDS. Sedangkan pada tahun 2023, khusus periode Januari hingga Oktober, terjadi penurunan menjadi 117 kasus.
"Saat ini ada data yang menunjukkan bahwa pada tahun 2022 terdapat 145 kasus baru ditemukan, sedangkan pada tahun 2023, hingga Oktober, sudah ada 117 kasus. Artinya, angka tersebut mengalami penurunan," ujar Sekretaris KPA Kota Tasikmalaya, Tarlan, di Aula Bappelitbangda pada Selasa (12/12/2023).
Tarlan menambahkan, bahwa jika diakumulatifkan dari tahun 2004 hingga Oktober 2023, KPA Kota Tasikmalaya mencatat sekitar 1.164 kasus HIV/AIDS.
"Mudah-mudahan, tidak ada penambahan kasus pada November-Desember, sehingga kami berharap tahun ini menjadi titik balik dan kasusnya mulai menurun," tambahnya.
Tarlan menjelaskan, bahwa Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit.
"HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga melemahkan pertahanan tubuh kita. Oleh karena itu, HIV/AIDS sangat membahayakan," jelasnya.
Ia menyoroti bahwa mayoritas orang yang terkena HIV/AIDS berusia produktif, yaitu antara 21 hingga 40 tahun. Penularan HIV/AIDS, menurutnya, lebih sering terjadi melalui hubungan seksual.
"Berdasarkan data yang ada, usia 21-40 tahun mendominasi dengan porsi 75 persen, menjadi kelompok yang paling rentan. Karena usia tersebut adalah usia yang penuh aktivitas," ucapnya.
Tarlan menyampaikan, bahwa, dari total kasus, laki-laki mendominasi dan kasus kedua terbanyak terjadi pada ibu hamil. Meskipun demikian, penyebaran HIV/AIDS hanya melalui hubungan seksual, donor darah, atau dari ibu yang melahirkan.
"Dominasi tertinggi terjadi pada homoseksual dan LSL pada tahun 2023. Kemudian, yang kedua tertinggi terjadi pada ibu hamil, yang cukup mengagetkan. Karena homoseksual memiliki istri untuk menyembunyikan orientasi seksualnya, sehingga mereka dan istri terinfeksi, dan ketika istri melahirkan, anaknya juga terinfeksi, dan penularan berlanjut," jelasnya.
Tarlan menegaskan, langkah-langkah pencegahan akan diambil untuk mencegah penularan HIV/AIDS melalui sosialisasi edukasi.
Masyarakat akan disadarkan akan bahaya tersebut, dan langkah-langkah preventif, seperti menghindari hubungan seks di luar nikah dan jenis kelamin yang sama, akan ditekankan.
"Kami akan melakukan sosialisasi edukasi untuk mencegah penularan HIV/AIDS, menyadarkan masyarakat bahwa di depan ada bahaya. Oleh karena itu, hindarilah hubungan seks di luar nikah dan hubungan sesama jenis, baik antara laki-laki maupun perempuan. Bagi mereka yang sudah terinfeksi HIV/AIDS, kami akan memberikan pendampingan agar mereka mau berobat dan menyadari bahwa harapan hidup masih ada," pungkasnya.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait