TASIKMALAYA, iNews.id - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Bandung mencatat, sepanjang 2021 telah terjadi gempa bumi sebanyak 628 kali di Jawa Barat (Jabar) dan sekitarnya. Ratusan kejadian gempa bumi tersebut mayoritas terjadi di laut.
Kepala BMKG Stasiun Bandung Teguh Rahayu mengatakan, berdasarkan peta distribusi episenter gempa bumi periode tahun 2021, terlihat 441 kejadian gempa bumi terjadi di laut dan tersebar di selatan Pulau Jawa.
Banyaknya kejadian gempa bumi tersebut sebagai akibat dari subduksi pertemuan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia.
Dikatakan dia, sebanyak 187 kejadian gempa bumi terjadi di darat dengan kedalaman dangkal sebagai akibat dari aktivitas sesar lokal.
"Kejadian gempa bumi terjadi dengan kedalaman yang bervariasi pada rentang 1 hingga 322 km," ujar Teguh dilansir iNewsJabar.id, Selasa (4/1/2022).
Menurutnya, secara kedalaman lokasi gempa dapat dirinci sebanyak 546 kejadian gempa bumi dangkal (<60 km), 80 kejadian gempa bumi menengah (60-300 Km) dan 2 kejadian gempa bumi dalam (>300 Km).
Teguh menuturkan, untuk magnitudo gempa bumi terbesar yang tercatat adalah 5,6 dan Magnitudo terkecil yang tercatat adalah 1,4.
Lebih jauh ia menjelaskan, sepanjang 2021 terdapat 58 kali kejadian gempa bumi dirasakan. Salah satu gempa dirasakan dengan Magnitudo tertinggi yaitu sebesar 5,6 terjadi pada 27 April 2021 di wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Gempa bumi tersebut terjadi pada pukul 09.23 WIB yang berpusat pada 7,84 Lintang Selatan dan 106,89 Bujur Timur pada kedalaman 12 Km.
Gempa ini dirasakan di wilayah Sukabumi, Rangkasbitung, Bayah, Cihara, Cilograng, Panggrangan, Bogor sebesar III MMI dan di wilayah Bandung, Tangerang Selatan dan Jakarta sebesar II MMI.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas subduksi.
"BMKG mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Serta menghindari bangunan-bangunan retak atau rusak yang diakibatkan oleh gempa," tandasnya.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait