TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id – Dinas Ketahanan Pangan Peternakan dan Pertanian (DKP3) Kota Tasikmalaya gencarkan kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) agar masyarakat bisa memanfaatkan lahan untuk menanam cabai di pekarangan rumah.
Kegiatan itu bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan ketahanan pangan keluarga, sehingga diharapkan kelompok wanita tani (KWT) bisa menanam cabai di halaman atau pekarangn rumahnya masing-masing dan tidak ketergantungan membeli cabai ke pasar.
Data dari UPTD Pasar Resik I Kota Tasikmalaya, harga cabai rawit merah di Pasar Cikurubuk saat ini berada di kisaran Rp85 ribu per kilogram. Masih tingginya harga cabai tersebut lantaran minimnya pasokan dan faktor cuaca dan serangan hama sehingga gagal panen.
Oleh karena itu, DKP3 Kota Tasikmalaya pun mengimbau dan meminta masyarakat untuk menanam cabai di halaman atau pekaranan rumah masing-masing.
“Kita sudah lakukan Kawasan Rumah Pengan Lestari untuk ketahanan pangan di tingkat keluarga,” ujar Kepala Bidang Ketahanan Pangan DKP3 Kota Tasikmalaya Enung Nurteti, Jumat (24/6/2022).
Menurutu Enung, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untuk melakukan insfeksi mendadak (sidak) terkait ketersediaan dan harga pangan di pasaran.
"Nanti kita lakukan sidak untuk mengecek kondisi terkini harga komoditas pangan di lapangan,” kata dia.
Enung menuturkan, bersama Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Tasikmalaya akan menggelar kegiatan kelurahan sadar inflasi.
“Harapannya, kelompok wanita tani bisa menanam cabai di halaman rumahnya masing-masing, sehingga tidak perlu beli ke pasar,” ucapnya.
Enung menjelaskan, sejauh ini untuk memenuhi kebutuhan cabai di Kota Tasikmalaya mengandalkan pasokan dari luar daerah. Ia menyebut, kebutuhan cabai merah besar di Kota Tasikmalaya mencapai 10,8 ton per hari, sedangkan cabai rawit mencapai 16,6 ton per hari.
“Kita juga dorong agar KWT bisa memasarkan hasil tanaman cabainya langsung ke masyarakat, sehingga ketergantungan pasokan dari luar daerah bisa dikurangi dan memberdayakan petani lokal,” kata dia.
Editor : Asep Juhariyono