Ciamis, iNews.id – Perjalanan hidup Si Abah, Macan Tutul Raja Gunung Sawal Kabupaten Ciasmi yang ditemukan mati di kebun warga pada Kamis (3/2/2022) bisa dibaca diartikel ini.
Si Abah kali pertama terlihat pada September 2016 melalui kamera trap. Si Abah merupakan Macan Tutul Jawa penguasa kawasan konservasi suaka margasatwa di Gunung Sawal.
Dua tahun berselang, tepatnya September 20218, Si Abah tertangkap oleh warga di Desa Cipaku, Kabupaten Ciamis.
Sebulan kemudian, Si Abah dilepas liarkan kembali ke habitatnya di daerah Pasirtamiang Suaka Margasatwa Gunung Sawal.
Setelah dilepas liarkan ke habitatnya, macan tutul penguasa Gunung Sawal terlihat kembali melalui kamera trap di habitatnya di blok Awilega pada Mei 2019.
Pertengahan 2020, Si Abah kembali tertangkap oleh warga di tempat yan sama yakni di wilayah Desa Cipaku, Kabupaten Ciamis. Di tahun yang sama, Si Abah pun kembali dilepasliarkan ke habitatnya.
Perjalanan Hidup Si Abah, Macan Tutul Raja Gunung Sawal Mati di Usia 14 Tahun.(Foto: Ist)
Keberadaan Si Abah masih terpantau dan terlihat di kamera trap pada November 2021. Dalam kamera terlihat Macan Tutul Jawa itu terlihat sedang mencoba memangsa ternak.
Awal Februari 2022, tulang belulang yang diduga Si Abah ditemukan di kebun warga di daerah Cipaku, Ciamis.
Kepala Bidang (Kabid) Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah III Ciamis, Andi Witria mengatakan, pihaknya menerima laporan dari warga yang sedang berkebun yang menemukan tulang belulang satwa liar.
“Semula kami menduga tulang belulang domba. Tetapi ternyata ada taringnya diduga macan tutul,” ujar Andi, Rabu (9/2/2022).
Dikatakan dia, terkait kematian Si Abah, pihaknya menduga bahwa sang penguasa Gunung Sawal atau Raja Gunung Sawal tersebut mati secara alami. Kulit dan dagingnya sudah luluh di lokasi penemuan tulang belulang Si Abah.
“Akhirnya tim ke TKP dan memang kulit dan dagingnya sudah luluh sempurna. Kematian Si Abah diperkirakan sudah 2 bulan sampai 3 bulan. Kalau usia Si Abah sekitar 14 tahun,” kata dia.
Menurut Andi, yang memungkinkan Si Abah mati secara alami dan bukan mati karena diracun adalah adanya belatung hidup di tulang dan sekitarnya.
“Itulah yang memungkinkan Si Abah bukan mati diracun karena ada belatung hidup di sekitar tulangnya,” ucapnya.
Ia menjelaskan, penemuan tulang belulang Si Abah sekitar 500 meter sampai 600 meter di luar kawasan marga satwa Gunung Sawal yakni di areal kebun warga.
“Keyakinan kita itu tulang belulang Si Abah adalah kita punya data morfometrik Si Abah mulai dari gigi, tulang tengkorak dan yang lainnya. Kemudian kita cocokan dan 99 persen cocok. Diperkuat juga dengan keterangan dokter hewan,” jelas Andi.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait